Oleh : Ari Rahman Sadega
Judul : Senja Hilang,Temaram Tiba
Sore itu aku duduk di tepian Pantai.
Aku duduk di hamparan pasir hitam.
Kusilangkan kakiku dan duduk merenung.
Dalam heningnya alam.
Aku Memandang Langit.
Suara laut bergemuruh.
Membuat hatiku terasa tenang.
Lalu sore semakin tua.
Mentari mulai menua.
Mulai bergerak ke arah barat.
Sepertinya ia akan tenggelam.
Ia akan dilahap waktu.
Namun saat itu.
Ia datang tanpa ku undang.
Iya betul,ia adalah Senja.
Begitu indah kehadirannya.
Rasanya senja itu adalah yang terindah.
Tak terasa ia juga mulai menua.
Ia perlahan menghilang.
Senja yang menjingga kini mulai membias.
Sedikit demi sedikit terurai menjadi butir-butir malam.
Dan akhirnya ia benar-benar pergi.
Ia pergi tanpa pamit.
Kepergiannya meninggalakan sesuatu yang baru.
Iya ialah Malam.
Malam yang begitu senyap.
Hari semakin temaram.
Udara yang semakin dingin.
Air laut yang semakin mengamuk.
Gelap mulai memenuhi bumi.
Hingga gelap menyelimuti semuanya.
Aku rebahkan tubuhku.
Kubantingkan ke tumpukan pasir.
Rasanya nikmat.
Lalu aku menatap langit.
Dalam gelapnya langit masih berbaik hati.
Ia masih memberikan Keindahan.
Bintang-bintang berkelip.
Bulan yang bersinar.
Oh tidak.
Saat itu sepertinya aku jatuh cinta.
Aku jatuh cinta pada Bumi ini.
Apalagi pada yang menciptakannya.
Terimakasih telah memberikan kehidupan.
Aku bersyukur bisa hidup hingga detik ini.
Senja yang hilang ….
Kini melahirkan sesuatu yang juga tak kalah indah ….
Iya,dia adalah Malam ….
Malam yang begitu temaram ….